Senin, 13 April 2020

Pengalaman Umroh Pertama (Part 7: Madinah Al Munawwarah)

Pada siang hari nan cerah selepas istirahat makan siang kami semua berkumpul di loby hotel menunggu bus Abu Sarhad menjemput. Satu persatu peserta umroh masuk ke dalam bus yang nampaknya beda dengan yang biasa kami tumpangi saat city tour, bus terlihat lebih baru. Dari balik jendela bus kami melihat koper-koper yang sudah sedari pagi kami serahkan ke pihak travel agent. Setelah semua siap bus yang kami tumpangi melaju dengan kecepatan rendah saat keluar dari kota Mekkah, menambah suasana haru saat meninggalkan kota tercinta. Keluar dari kota Mekkah bus berjalan dengan kecepatan penuh. Awalnya diri ini agak khawatir akan mabuk perjalanan, namun dengan kondisi bus yang baik dan jalan disana yang ternyata sangat mulus dan tidak banyak berbelok atau naik turun justru malah membuat saya sangat menikmati perjalanan menuju Madinah.  . 

Perjalanan selama hampir 6 jam itupun kami lalui dengan suasana khidmat. Sesekali bus berhenti untuk beristirahat dan menunaikan shalat wajib. Kami sampai di kota Madinah sekitar jam 8 malam, dan sesampainya di hotel pihak agent langsung mengarahkan kami untuk menuju restoran yang ada di hotel tersebut untuk makan malam.

Di Madinah kami menginap di hotel Durat Al Andalus, letaknya sangat dekat dengan masjid Nabawi. Dengan lokasi hotel yang sangat dekat dengan pintu masuk masjid no. 22 sangat memudahkan kami keluar masuk hotel dan masjid Nabawi. Jalanan menuju pintu masjid di dominasi dengan toko-toko yang menjajakan oleh-oleh khas Arab Saudi. Tak ayal banyak jamaah yang nyangkut di area pertokoan tersebut untuk berbelanja setelah beribadah.


Malam pertama kami lalui dengan beristirahat di hotel dan bersiap untuk ibadah esok subuh. Satu jam sebelum shalat subuh dilaksanakan kami sudah bergegas menuju ke masjid untuk qiyamulail dan itikaf sampai waktu subuh tiba. Dan ternyata betul suhu di Madinah lebih dingin dari Mekkah, saat itu kami disana saat musim dingin, jadi benar-benar berasa seperti di negeri bersalju. Untunglah kami sudah mempersiapkan baju tebal berlapis jaket sehingga udara dingin tidak mengurangi kenyamanan kami beribadah.

Seperti biasa setelah rangkaian ibadah subuh selesai kami kembali ke hotel dan istirahat sarapan pagi. Agak sedikit terkejut karena saat pagi hari restoran sangat ramai, karena dari beberapa travel agent menggunakan restoran ini untuk sarana kuliner. Namun semuanya bisa berjalan tertib dan saling mengerti dimana setiap peserta yang sudah selesai makan segera meninggalkan meja tanpa bersantai sejenak untuk berbincang.

Melalui broadcast message sang mutawwif menginformasikan bahwa jam 09.00 kami diminta berkumpul di loby untuk kemudian berziarah ke makam Rasulullah Muhammad SAW. Dan sesuai jadwal kamipun berkumpul untuk kemudian menuju ke Raudah dan Makam Nabi. Antrian mengular saat kami tiba disana. Mengingat kapasitas Raudah yang tidak terlalu lebar kami pun harus bergantian dengan jamaah lain untuk bisa berada di sana. Setelah sekitar 30 menit akhirnya kami sampai di Raudah dan bisa shalat sunah disana. Fyi, disana hanya diperbolehkan untuk shalat sunah dan berdoa dengan batas waktu sekitar 10-15 menit karena kami harus bergantian dengan yang lainnya.

Alhamdulillah saat itu entah kenapa kami terbawa arus jamaah sehingga sampai di bagian paling tepi dari Raudah yang paling dekat dengan makam Nabi, alhamdulillah, sesuatu yang tidak terduga dan tidak di rencana. Sesi ziarah nabi pun selesai dan kami semua keluar dari masjid dan berkumpul di sekitar masjid untuk melanjutkan untuk ziarah ke makam Baqi. Sayangnya dari kejauhan pintu makam terlihat ditutup sehingga kami membatalkan rencana ziarah makam Baqi tersebut dan berkumpul di pelataran masjid dengan hamparan karpet merah sambil mendengarkan tausiyah dari ustadz yang mendampingi kami.



Saat tausiyah berlangsung terlihat pemandangan yang sangat menyenangkan dimana orang-orang disana berlomba untuk bersedekah. beberapa kali kami mendapat pembagian sedekah tersebut baik itu kurma, buah atau air minum.

Kami duduk di pelataran sampai waktu shalat dhuhur tiba dan dilanjutkan dengan shalat dhuhur, istirahat makan siang, shalat ashar kajian sore dan rangkaian kegiatan ibadah lainnya sampai malam menjelang dan kami menyudahi ibadah hari itu dengan istirahat di hotel. Story hari pertama di Madinah sampai sini dulu yaaa :)








Minggu, 12 April 2020

Pengalaman Umroh Pertama (Part 6: Mekkah - City Tour day 2)

Paket perjalanan umroh tidak hanya diisi dengan kegiatan ibadah, namun juga di selingi dengan perjalanan keliling kota Mekkah untuk melihat kehidupan sosial budaya di sana. Bangsa Arab memang sedari dulu terkenal sebagai saudagar atau orang-orang yang pandai berbisnis, sehingga tak ayal kita bisa menjumpai kehidupan masyarakat disana di dominasi dengan dunia bisnis, salah satunya perdagangan. Salah satu sumber penghasilan yang termasuk diutamakan dalam dunia islam. Sebagaimana dalam suatu riwayat terdapat keterangan bahwa 9 dari 10 pintu rezeki ada dalam perdagangan.

Meski perdagangan adalah sumber mata pencaharian utama bangsa arab, namun ada sebagian dari mereka yang memilih beternak. Baik ternak kambing atau unta. Terkagum juga dengan kondisi peternakan disana, melihat kondisi geografis mereka yang di dominasi oleh gurun namun dengan keahlian mereka masih bisa menghasilkan ternak yang berkualitas.

Dalam kesempatan hari ke-3 di kota Mekkah kami berkesempatan untuk mengunjungi peternakan unta yang ada disana. Sang mutawwif berkelakar bahwa para peternak unta di sana adalah artis padang pasir. Mungkin karena sebagian dari mereka benar-benar hidup di tengah padang pasir. Tidak seperti sebagian besar masyarakat kota Mekkah yang sudah bermukim di wilayah perkotaan dan hidup seperti masyarakat kota besar lainnya di dunia.

Sebelum berkunjung ke peternakan unta kami menyempatkan untuk ziarah ke masjid Quba terlebih dahulu. Masjid yang sangat bersejarah bagi kamu muslimin, alhamdulillah berkesempatan juga untuk shalat dhuha di sana, semoga suatu saat nanti bisa kembali shalat dhua disana. Selepas shalat sunah kami berkeliling di sekitar masjid untuk berbelanja oleh-oleh, karena menurut mutawwif harga barang disekitaran masjid terbilang cukup murah dibanding tempat lain.

Setelahnya kami melanjutkan perjalanan ke peternakan unta dan kebun kurma untuk membeli oleh-oleh seperti kurma, coklat, buah tin dan aneka kacang-kacangan. Selesai berbelanja kami kembali ke hotel dan melanjutkan rangkaian ibadah serta berkemas karena esok hari kami sudah check out dari hotel untuk melanjutkan perjalanan ke kota Madinah al Munawwarah.


Sabtu, 04 April 2020

Pengalaman Umroh Pertama (Part 5: Mekkah)

Hari pertama di Mekkah kami lewati dengan lancar, semua rangkaian umroh sudah dilaksanakan.

Tibalah hari kedua selepas sholat shubuh kami sarapan di hotel yang sudah disediakan. Sembari menikmati sarapan pagi mutawif memberitahukan bahwa kegiatan hari ini adalah ziarah atau city tour.

Selesai sarapan pagi kami kembali ke kamar hotel untuk beristirahat sejenak dan berganti seragam batik. Waktu menunjukan pukul 09.00, kami bergegas turun ke lobby hotel untuk berkumpul dengan peserta lain. Tak lama kemudian semua peserta sudah siap dan bus wisata Abu Zarhad pun tiba di depan hotel. Dengan tertib kami memasuki bus dan setelah semua menempati kursi yang disediakan bus melaju dengan kecepatan sedang menuju Jabal Tsur.

Sepanjang perjalanan menuju Jabal Tsur kami mutawif memberikan informasi seputar sejarah perjalanan Rasulullah bersama Sayidina Abu Bakar yang di kejar kamu kafir Quraisy dan bersembunyi di dalam Gua Tsur. Melihat medan pendakian ke Gua yang sangat extreme, kita bisa mengetahui bahwa benar Rasulullah adalah pendaki ulung dan memiliki fisik yang kuat. Karena  tidak seperti bukit/gunung di Indonesia yang umumnya dipenuhi pepohonan dan berhawa sejuk. Di sana gunungnya hampir semua terdiri dari batu, berpasir dan gersang tanpa pepohonan. Tentu membutuhkan keahlian, keterampilan dan kekuatan fisik yang memadai.

Sayang sekali karena waktu yang cukup sempit kami tidak menyempatkan diri untuk naik ke Gua Tsur. Kami lebih memilih untuk mengejar waktu shalat berjamaah di Masjidil Haram. Kami hanya menyaksikan dari kaki bukit ada beberapa peserta umroh yang mencoba mendaki ke Gua Tsur, yang terkenal dengan kisah laba-laba yang membuat sarang di mulut Gua.



Perjalanan kemudian berlanjut ke Jabal Rahmah, yaitu tempat bertemunya Nabi Adam dan Hawa. Sebelum sampai kesana bus yang kami tumpangi melewati Jabal Nur yang di puncaknya terdapat Gua Hira tempat wahyu pertama turun kepada Rasulullah. Dari dalam bus kami menyaksikan betapa tingginya puncak Gunung tersebut. Kembali kami teringat akan perjuangan Rasulullah untuk mencapaui tempat tersebut dan berkhalwat disana yang tentunya sarat dengan perjuangan. Beruntunglah kita yang saat ini tinggal melanjutkan apa yang sudah ada dalam agama ini tanpa harus bersusah payah menemukan atau mencarinya.



Selain Jabal Nur, kami juga mendapat kesempatan untuk melihat terowongan Mina dan perkemahan jamaah Haji di Arafah. Semoga kami tidak hanya melihatnya tapi suatu saat nanti bisa berkemah disana saat melaksanakan Ibadah Haji. Kembali lagi ke Jabal Rahmah, sesampainya di sana bus di parkir di halaman rumah sakit khusus haji, yang konon katanya hanya di buka satu tahun sekali pada musim haji. Tak jauh dari tempat parkir bus kami menyempatkan berfoto dulu sebelum naik ke puncak Jabal Rahmah tersebut.

Dengan penuh hikmat dan takjub kami menaiki satu demi satu anak tangga menuju ke puncak. Sesampainya di sana kami berkesempatan untuk berdoa dan turun kembali ke tempat parkir bus untuk melanjutkan kembali ke hotel.

Dan seperti biasa sesampai hotel kami istirahat sejenak dan melanjutkan kegiatan ibadah di Masjidil Haram sampai malam, dan berisitirahat untuk bersiap melanjutkan city tour hari kedua.