Selasa, 05 Mei 2020

Pengalaman Umroh Pertama (Part 8: Madinah - Shalat Jum'at di Masjid Nabawi)

Salah satu pengalaman berharga saat umroh adalah berkesempatan untuk shalat jum'at berjamaah di Masjid Nabawi. Seperti biasa pada hari itu suasana sekitar masjid ramai oleh jamaah. Kami sendiri sengaja menunggu waktu shalat di pelataran masjid. Terlihat juga banyak juga jamaah lain yang beristirahat disana.

Kami berkeliling masjid nan megah tersebut, bercengkerama dengan sesama jamaah, dan sesekali mencoba fasilitas yang ada disana. Sesuatu yang sangat mengagumkan adalah di kedua tanah suci baik Mekkah dan Madinah tempatnya yang bersih, wangi dan asri, tempat yang sangat pantas untuk kami rindukan. Setelah cukup berkeliling kami kembali ke pelataran berkarpet merah yang kelihatannya habis di semprot desinfektan dan parfum.

Menjelang siang kami beranjak masuk ke dalam masjid untuk menunggu waktu shalat jum'at dengan mengisi kegiatan seperti shalat dhuha dan membaca al-quran. Terlihat anak muda Madinah hilir mudik bersemangat belajar pada ustadz yang ada disana.

Selepas sholat jum'at, kami kembali ke hotel untuk istirahat, makan siang, dan merapikan koper karena kita harus bersiap untuk kembali ke tanah air ke esokan harinya. Alhamdulillah semua berjalan lancar sampai dengan hari terakhir di Madinah dan melanjutkan perjalanan ke airport di Jeddah dan terbang kembali ke Jakarta.



Senin, 13 April 2020

Pengalaman Umroh Pertama (Part 7: Madinah Al Munawwarah)

Pada siang hari nan cerah selepas istirahat makan siang kami semua berkumpul di loby hotel menunggu bus Abu Sarhad menjemput. Satu persatu peserta umroh masuk ke dalam bus yang nampaknya beda dengan yang biasa kami tumpangi saat city tour, bus terlihat lebih baru. Dari balik jendela bus kami melihat koper-koper yang sudah sedari pagi kami serahkan ke pihak travel agent. Setelah semua siap bus yang kami tumpangi melaju dengan kecepatan rendah saat keluar dari kota Mekkah, menambah suasana haru saat meninggalkan kota tercinta. Keluar dari kota Mekkah bus berjalan dengan kecepatan penuh. Awalnya diri ini agak khawatir akan mabuk perjalanan, namun dengan kondisi bus yang baik dan jalan disana yang ternyata sangat mulus dan tidak banyak berbelok atau naik turun justru malah membuat saya sangat menikmati perjalanan menuju Madinah.  . 

Perjalanan selama hampir 6 jam itupun kami lalui dengan suasana khidmat. Sesekali bus berhenti untuk beristirahat dan menunaikan shalat wajib. Kami sampai di kota Madinah sekitar jam 8 malam, dan sesampainya di hotel pihak agent langsung mengarahkan kami untuk menuju restoran yang ada di hotel tersebut untuk makan malam.

Di Madinah kami menginap di hotel Durat Al Andalus, letaknya sangat dekat dengan masjid Nabawi. Dengan lokasi hotel yang sangat dekat dengan pintu masuk masjid no. 22 sangat memudahkan kami keluar masuk hotel dan masjid Nabawi. Jalanan menuju pintu masjid di dominasi dengan toko-toko yang menjajakan oleh-oleh khas Arab Saudi. Tak ayal banyak jamaah yang nyangkut di area pertokoan tersebut untuk berbelanja setelah beribadah.


Malam pertama kami lalui dengan beristirahat di hotel dan bersiap untuk ibadah esok subuh. Satu jam sebelum shalat subuh dilaksanakan kami sudah bergegas menuju ke masjid untuk qiyamulail dan itikaf sampai waktu subuh tiba. Dan ternyata betul suhu di Madinah lebih dingin dari Mekkah, saat itu kami disana saat musim dingin, jadi benar-benar berasa seperti di negeri bersalju. Untunglah kami sudah mempersiapkan baju tebal berlapis jaket sehingga udara dingin tidak mengurangi kenyamanan kami beribadah.

Seperti biasa setelah rangkaian ibadah subuh selesai kami kembali ke hotel dan istirahat sarapan pagi. Agak sedikit terkejut karena saat pagi hari restoran sangat ramai, karena dari beberapa travel agent menggunakan restoran ini untuk sarana kuliner. Namun semuanya bisa berjalan tertib dan saling mengerti dimana setiap peserta yang sudah selesai makan segera meninggalkan meja tanpa bersantai sejenak untuk berbincang.

Melalui broadcast message sang mutawwif menginformasikan bahwa jam 09.00 kami diminta berkumpul di loby untuk kemudian berziarah ke makam Rasulullah Muhammad SAW. Dan sesuai jadwal kamipun berkumpul untuk kemudian menuju ke Raudah dan Makam Nabi. Antrian mengular saat kami tiba disana. Mengingat kapasitas Raudah yang tidak terlalu lebar kami pun harus bergantian dengan jamaah lain untuk bisa berada di sana. Setelah sekitar 30 menit akhirnya kami sampai di Raudah dan bisa shalat sunah disana. Fyi, disana hanya diperbolehkan untuk shalat sunah dan berdoa dengan batas waktu sekitar 10-15 menit karena kami harus bergantian dengan yang lainnya.

Alhamdulillah saat itu entah kenapa kami terbawa arus jamaah sehingga sampai di bagian paling tepi dari Raudah yang paling dekat dengan makam Nabi, alhamdulillah, sesuatu yang tidak terduga dan tidak di rencana. Sesi ziarah nabi pun selesai dan kami semua keluar dari masjid dan berkumpul di sekitar masjid untuk melanjutkan untuk ziarah ke makam Baqi. Sayangnya dari kejauhan pintu makam terlihat ditutup sehingga kami membatalkan rencana ziarah makam Baqi tersebut dan berkumpul di pelataran masjid dengan hamparan karpet merah sambil mendengarkan tausiyah dari ustadz yang mendampingi kami.



Saat tausiyah berlangsung terlihat pemandangan yang sangat menyenangkan dimana orang-orang disana berlomba untuk bersedekah. beberapa kali kami mendapat pembagian sedekah tersebut baik itu kurma, buah atau air minum.

Kami duduk di pelataran sampai waktu shalat dhuhur tiba dan dilanjutkan dengan shalat dhuhur, istirahat makan siang, shalat ashar kajian sore dan rangkaian kegiatan ibadah lainnya sampai malam menjelang dan kami menyudahi ibadah hari itu dengan istirahat di hotel. Story hari pertama di Madinah sampai sini dulu yaaa :)








Minggu, 12 April 2020

Pengalaman Umroh Pertama (Part 6: Mekkah - City Tour day 2)

Paket perjalanan umroh tidak hanya diisi dengan kegiatan ibadah, namun juga di selingi dengan perjalanan keliling kota Mekkah untuk melihat kehidupan sosial budaya di sana. Bangsa Arab memang sedari dulu terkenal sebagai saudagar atau orang-orang yang pandai berbisnis, sehingga tak ayal kita bisa menjumpai kehidupan masyarakat disana di dominasi dengan dunia bisnis, salah satunya perdagangan. Salah satu sumber penghasilan yang termasuk diutamakan dalam dunia islam. Sebagaimana dalam suatu riwayat terdapat keterangan bahwa 9 dari 10 pintu rezeki ada dalam perdagangan.

Meski perdagangan adalah sumber mata pencaharian utama bangsa arab, namun ada sebagian dari mereka yang memilih beternak. Baik ternak kambing atau unta. Terkagum juga dengan kondisi peternakan disana, melihat kondisi geografis mereka yang di dominasi oleh gurun namun dengan keahlian mereka masih bisa menghasilkan ternak yang berkualitas.

Dalam kesempatan hari ke-3 di kota Mekkah kami berkesempatan untuk mengunjungi peternakan unta yang ada disana. Sang mutawwif berkelakar bahwa para peternak unta di sana adalah artis padang pasir. Mungkin karena sebagian dari mereka benar-benar hidup di tengah padang pasir. Tidak seperti sebagian besar masyarakat kota Mekkah yang sudah bermukim di wilayah perkotaan dan hidup seperti masyarakat kota besar lainnya di dunia.

Sebelum berkunjung ke peternakan unta kami menyempatkan untuk ziarah ke masjid Quba terlebih dahulu. Masjid yang sangat bersejarah bagi kamu muslimin, alhamdulillah berkesempatan juga untuk shalat dhuha di sana, semoga suatu saat nanti bisa kembali shalat dhua disana. Selepas shalat sunah kami berkeliling di sekitar masjid untuk berbelanja oleh-oleh, karena menurut mutawwif harga barang disekitaran masjid terbilang cukup murah dibanding tempat lain.

Setelahnya kami melanjutkan perjalanan ke peternakan unta dan kebun kurma untuk membeli oleh-oleh seperti kurma, coklat, buah tin dan aneka kacang-kacangan. Selesai berbelanja kami kembali ke hotel dan melanjutkan rangkaian ibadah serta berkemas karena esok hari kami sudah check out dari hotel untuk melanjutkan perjalanan ke kota Madinah al Munawwarah.


Sabtu, 04 April 2020

Pengalaman Umroh Pertama (Part 5: Mekkah)

Hari pertama di Mekkah kami lewati dengan lancar, semua rangkaian umroh sudah dilaksanakan.

Tibalah hari kedua selepas sholat shubuh kami sarapan di hotel yang sudah disediakan. Sembari menikmati sarapan pagi mutawif memberitahukan bahwa kegiatan hari ini adalah ziarah atau city tour.

Selesai sarapan pagi kami kembali ke kamar hotel untuk beristirahat sejenak dan berganti seragam batik. Waktu menunjukan pukul 09.00, kami bergegas turun ke lobby hotel untuk berkumpul dengan peserta lain. Tak lama kemudian semua peserta sudah siap dan bus wisata Abu Zarhad pun tiba di depan hotel. Dengan tertib kami memasuki bus dan setelah semua menempati kursi yang disediakan bus melaju dengan kecepatan sedang menuju Jabal Tsur.

Sepanjang perjalanan menuju Jabal Tsur kami mutawif memberikan informasi seputar sejarah perjalanan Rasulullah bersama Sayidina Abu Bakar yang di kejar kamu kafir Quraisy dan bersembunyi di dalam Gua Tsur. Melihat medan pendakian ke Gua yang sangat extreme, kita bisa mengetahui bahwa benar Rasulullah adalah pendaki ulung dan memiliki fisik yang kuat. Karena  tidak seperti bukit/gunung di Indonesia yang umumnya dipenuhi pepohonan dan berhawa sejuk. Di sana gunungnya hampir semua terdiri dari batu, berpasir dan gersang tanpa pepohonan. Tentu membutuhkan keahlian, keterampilan dan kekuatan fisik yang memadai.

Sayang sekali karena waktu yang cukup sempit kami tidak menyempatkan diri untuk naik ke Gua Tsur. Kami lebih memilih untuk mengejar waktu shalat berjamaah di Masjidil Haram. Kami hanya menyaksikan dari kaki bukit ada beberapa peserta umroh yang mencoba mendaki ke Gua Tsur, yang terkenal dengan kisah laba-laba yang membuat sarang di mulut Gua.



Perjalanan kemudian berlanjut ke Jabal Rahmah, yaitu tempat bertemunya Nabi Adam dan Hawa. Sebelum sampai kesana bus yang kami tumpangi melewati Jabal Nur yang di puncaknya terdapat Gua Hira tempat wahyu pertama turun kepada Rasulullah. Dari dalam bus kami menyaksikan betapa tingginya puncak Gunung tersebut. Kembali kami teringat akan perjuangan Rasulullah untuk mencapaui tempat tersebut dan berkhalwat disana yang tentunya sarat dengan perjuangan. Beruntunglah kita yang saat ini tinggal melanjutkan apa yang sudah ada dalam agama ini tanpa harus bersusah payah menemukan atau mencarinya.



Selain Jabal Nur, kami juga mendapat kesempatan untuk melihat terowongan Mina dan perkemahan jamaah Haji di Arafah. Semoga kami tidak hanya melihatnya tapi suatu saat nanti bisa berkemah disana saat melaksanakan Ibadah Haji. Kembali lagi ke Jabal Rahmah, sesampainya di sana bus di parkir di halaman rumah sakit khusus haji, yang konon katanya hanya di buka satu tahun sekali pada musim haji. Tak jauh dari tempat parkir bus kami menyempatkan berfoto dulu sebelum naik ke puncak Jabal Rahmah tersebut.

Dengan penuh hikmat dan takjub kami menaiki satu demi satu anak tangga menuju ke puncak. Sesampainya di sana kami berkesempatan untuk berdoa dan turun kembali ke tempat parkir bus untuk melanjutkan kembali ke hotel.

Dan seperti biasa sesampai hotel kami istirahat sejenak dan melanjutkan kegiatan ibadah di Masjidil Haram sampai malam, dan berisitirahat untuk bersiap melanjutkan city tour hari kedua.


Selasa, 04 Februari 2020

Pengalaman Umroh Pertama (Part 4: Keberangkatan)

Gate 2 Terminal 3 Airport Soekarno Hatta

Alhamdulillaaaah,,, itulah kata yang bisa terucap saat tiba di tempat ini. Selepas sholat jum'at kami bertiga dengan diantar oleh paman dan bibi langsung menuju ke sini. Lalu lintas lancar dan hanya 1 jam kami sampai di Gate 2 bandara soekarno hatta. Kami turun, dan bersiap masuk ke ruang tunggu, suasana haru tiba-tiba menyelimuti siang yang cerah berawan. Terlihat pengantar berkaca-kaca melihat kami memasuki area ruang tunggu. Dari kejauhan terlihat mereka melambaikan tangan dan sejurus kemudian masuk ke mobil untuk kembali ke tempat semula.

Titik Kumpul

Setelah memasuki pintu pemeriksaan kami langsung menuju ke titik kumpul yang sudah di tentukan. Inilah foto tiang B, di dekat sini rombongan jamaah sudah berkumpul, waktu masih menunjukan pukul 14.00 tapi sebagian besar dari jamaah sudah sampai disini. Malah ada beberapa jamaah yang dari pagi sudah menunggu di sini karena tidak ingin terlambat, mashaAllah, merekalah keluarga Pak Hadi, peserta dengan tingkat disiplin terbaik...hehe. 

Disana kami berkenalan satu sama lain dan bercengkerama sambil menunggu jam keberangkatan. Selepas sholat ashar kami diabsen dan diminta untuk mengumpulkan koper, setelahnya dibagikan nasi box untuk mengisi tenaga mengingat penerbangan kami masih beberapa jam lagi. 

Setelah selesai makan, kami dikumpulkan kembali dan ada sedikit arahan dari pihak biro umroh. Tak lama setelah briefing selesai terdengar adzan maghrib dan kamipun sholat berjamaah di area tersebut, musholla ada di lantai bawah.

Sekitar 30 menit setelah kami kembali ke titik kumpul kamipun dibagikan paspor, tiket dan boarding pass. Hati semakin tidak sabar untuk segera terbang ke baitullah, betapa beruntungnya kami atas nikmat yang Tuhan berikan.

Sambil menunggu sholat isya kamipun membaca informasi tiket yang kami pegang, alhamdulillah, kami ternyata di beri tiket Saudia Airlines, Garuda-nya Arab Saudi. Padahal tadinya kami di rencanakan untuk terbang dengan Lion Air. Seolah keberuntungan demi keberuntungan selalu menuntun kami sepanjang jalan.

Waktu sholat isya pun tiba, bergegas kami ke lantai bawah untuk sholat berjamaah dan setelahnya kami di persilahkan untuk masuk ke ruang tunggu dalam. Saat itu kami sudah khsuyuk untuk beribadah jadi sampai lupa foto-foto untuk kenang-kenangan, tak apa lah, insyaAllah lain kali berangkat lagi dan tidak lupa foto,,, aamiin :)

Tak lama kemudian kami diminta untuk masuk ke pesawat, dan wuuussss,,, biidznillah kami terbang ke Jeddah, mashaAllah tabarakAllah dalam 10 jam penerbangan semua berjalan baik. Pesawat take off dan landing dengan sempurna. Pramugari di pesawat sangat ramah walaupun terlihat wajah lelah mereka, dan sesekali mengernyitkan dahi saat ada tamu yang memesan sesuatu. Maklum saja rata-rata dari kami tidak bisa berbahasa inggris apalagi arab, disitulah kita mengingat akan pentingnya belajar.

Landing di Jeddah ke esokan paginya, dari King Abdul Aziz airport kami melanjutkan perjalanan darat dengan bus menuju ke Makkah al Mukarramah. Di tengah perjalanan kami berhenti sejenak untuk sholat subuh. Kemudian dilanjutkan lagi perjalanan ke hotel Afwaj Al Tawba, hotel ini sekitar 700 meter dari pintu no. 92 Masjid Al Haram, atau kata mutawwif itu nama daerahnya adalah Ji'ronah.

Setibanya di hotel kami sarapan sejenak sambil di bagikan kunci kamar hotel, lalu melalui whatsapp group kami dihimbau untuk turun ke lobby pada jam yang sudah di tentukan untuk bersiap memulai rangkaian ibadah umroh. Inilah penampakan kamar hotel sewaktu di Makkah


Rangkaian demi rangkaian acara pun terlewati, baik dari Tawaf, Sa'i, Tahallul semua berjalan lancar dan baik. MashaAllah, pengalaman yang luar biasa, akan tersimpan rapi di relung hati terdalam, terima kasih Allah untuk semuanya, ijinkan saya kesana lagi tapi tidak sendiri, melainkan dengan anak, istri dan ibu tercinta... aamiin 

Foto sesaat setelah Tahallul

Foto di depan Ka'bah




  

Rabu, 15 Januari 2020

Pengalaman Umroh Pertama (Part 3: Manasik Umroh)

Welcome back to my blog :)

Setelah beberapa hari lalu kita mengulas tahapan vaksinasi meningitis sekarang tibalah saatnya untuk proses selanjutnya yaitu melaksanakan manasik haji.

Pada tahap ini kita sudah harus bisa melengkapi semua persyaratan yang diperlukan untuk keperluan umroh termasuk menyerahkan sertifikat vaksin meningitis.

Sebelum ke inti pembahasan ada baiknya saya cerita dulu nih ya, soalnya selalu ada hal menarik dan unik di setiap proses, itu lah kenapa tahap demi tahap yang kami bertiga lewati itu sangat mengesankan,,, hehe

Cerita berawal dari sebelum keberangkatan ke lokasi, selepas subuh kita mulai bersiap untuk perjalanan ke Asrama Haji Pondok Gede. Sempat membahas menu sarapan untuk pagi itu, dan sekejap pembahasan berhenti karena kami mendengar ada suara penjual roti keliling. Tanpa pikir panjang kita putuskan saja untuk makan roti agar tidak terlalu berat di perut,,, hehe. Terbelilah beberapa potong roti yang terlihat masih fresh from the oven tersebut. 


Kecurigaan pertama mulai menyeruak, saat kita pegang roti itu kok tidak sehangat dan seempuk yang kita bayangkan, roti itu sudah dingin dan keras. Tapi ya sudahlah kita tidak berpikir negatif, dan langsung melahap roti tersebut. Gigitan awal masih biasa-biasa saja, saya mengunyah dengan hati memendam kecewa dengan kualitas roti. Setelah beberapa gigitan saya merasakan ada citarasa yang lumayan aneh, sedikit pahit dan agak lembek di dalam. Agaknya kami bertiga merasakan hal yang sama, namun masih sama-sama memendam rasa yang tidak terungkapkan.

Sampailah masa dimana mata kami bertiga saling menyelidik, dengan sigap saya langsung buka suara, "ini roti basi gaes", statement pertama pun bersambut dengan statement berikutnya dari masing-masing kami. Ternyata kita memang memikirkan hal yang sama, hanya saling menunggu siapa dulu yang akan mengkonfirmasi ke anehan tersebut. Akhirnya berhentilah sarapan pagi itu dengan sedikit rasa kecewa bercampur lucu saat melihat expresi muka mereka yang saling menahan kata-kata. Kalau di bayangkan mungkin saat kami mengunyah ada backsound-backsound ala sinetron tivi swasta... wkwkwk

Setelah selesai cerita roti basi itu, kita bergantian untuk mandi dan mempersiapkan semua perlengkapan yang diperlukan untuk manasik umroh tersebut. Dengan penuh ceria kami menunggu abang grab car yang akan mengantar kami ke lokasi. Tak lama berselang mobil yang di tunggu pun tiba dan kami riang gembira masuk dan memulai perjalanan.



Alamat dan Peta Asrama Haji Pondok Gede

Estimasi lama perjalanan yang tertera pada aplikasi Grab adalah 1 jam 20 menit dari tempat kami menuju Pondok Gede. Jalanan terlihat lengang, jadi bisa di tempuh sesuai estimasi waktu yang ada. Di perjalanan beberapa kali terlihat bus dengan spanduk "Jamaah Umroh ....bla bla bla " wah hati semakin dag dig dug, ada rasa haru tak percaya kalau saya sudah sampai di tahap ini. Lebih dari 3/4 perjalanan kita lewati, barulah sadar kalau suasana mobil sudah hening, karena mungkin sang driver sudah kehabisan bahasan untuk dijadikan bahan obrolan. Dan sayapun sudah membayangkan berbagai macam hal yang kira-kira akan dilaksanakan, menengok ke jok belakang pun kedua adik saya hanya terdiam memandang jendela. Tak lama berselang ada perasaan aneh di kepala, kok pusing yah, masa sih mabok perjalanan, seumur hidup belum pernah mabok perjalanan masa ini hanya perjalanan singkat sudah mabok. Tapi sebagai pimpinan regu, saya bersikap cool saja seolah tidak terjadi apa-apa. Sekitar 15 menit kemudian kami sampai di lokasi, begitu turun saya lihat muka mereka agak pucak pasi, saya pikir apa karena masih lapar atau gimana setalah di tanya barulah mereka bilang kalau sepanjang perjalanan mereka pusing, waduh ternyata pagi itu kita jadi korban si roti basi,,, wkwkwk

Untunglah setelah dibawa jalan-jalan di area sana perasaan pusing sudah berangsur hilang, ditambah lagi dengan bertemu dengan beberapa orang dengan seragam dari agent umroh yang sama, wah berasa ketemu keluarga, kita ngobrol panjang kali lebar sampai lupa tentang pusing-pusing tadi.

Setelah beberapa menit cuap-cuap saya melihat waktu menunjukan angka sudah sesuai dengan waktu dimulainya acara sebagaimana tertera di jadwal yang kami terima. Tapi belum ada pihak agent yang mencari kami, akhirnya saya putuskan untuk coba bertanya kepada koordinator dari pihak agent. Dan mereka menjawab kalau mereka masih di jalan, alias mereka terlambat, dan kita diminta untuk langsung masuk saja ke salah satu gedung untuk menunggu mereka disana. Masuklah kami ke gedung tersebut bersama beberapa yang lain, walaupun sebagian menolak untuk masuk dengan alasan sedang asik merokok. Padahal ada papan larangan merokok, ya sudahlah, mungkin itu bagian dari kearifan lokal bangsa ini,,, hehe

Oia, dari sekian banyak perbincangan dengan jamaah lain, ada satu cerita penting yang saya dapat yaitu ada seorang supir yang di kasih hadiah umroh oleh majikannya. Semua biaya sudah di lunasi bahkan koper dan perlengkapan umroh sudah di serahkan, namun sayang sepertinya biro umroh yang dia pakai tidak amanah, anda tahu lah pastinya biro umroh fenomenal yang tersangkut kasus penggelapan dana jamaah. Akhirnya si bapak supir ini batal untuk umroh, namun kerennya si majikan tidak putus asa, dia carikan lagi biro umroh lain dan tergabunglah beliau dengan group kami. Menurut si bapak keanehan terlihat semenjak proses manasik, menurut dia saat ikut biro umroh X itu manasiknya di dalam rumah satu ustad yang mengaku akan menjadi mutawwif di sana. mereka hanya menerima teori pelaksanaan dan menonton video tutorial saja saat manasik.

Ternyata dari sekian pengalaman memang saat itu biro umroh yang kurang bertanggung jawab itu sengaja melakukan manasik di rumah, dengan dalih penghematan biaya, padahal menurut informasi yang saya terima sebetulnya departemen agama selalu menyarankan agar pelaksanaan manasik di lakukan di asrama haji. Karena kalau di sana setiap biro yang akan melakukan manasik harus mendaftar dulu dan saat pendaftaran keabsahan atau kredibilitas biro umroh akan di periksa oleh petugas. Jadi kalau ternyata itu biro abal-abal alias bermasalah atau tidak berijin otomatis bisa di ketahui dan jamaah jadi lebih aman karena bisa tahu dari jauh-jauh hari kalau ada masalah dengan biro sehingga bisa mengambil langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan perjalanan ibadah mereka.

Oke kembali lagi tentang manasik, setelah kami masuk ke gedung A lantai 3, di situ kami di sambut oleh tim biro yang ternyata sebagian sudah ada di lokasi untuk mempersiapkan tempat dan konsumsi. Sebelum acara di mulai kami dipersilahkan untuk sarapan (kalau tahu disini sarapan kan gak perlu ada kisah roti basi yah... wkwkwk... begitulah celoteh kami saat itu). Setelah acara sarapan selesai, kami di informasikan untuk menyerahkan persyaratan-persyaratan yang saat itu masih aada yang kurang lengkap. Tak lama kemudian tim lain dari biro umroh yang bertugas memberi bimbingan datang dan kita bersiap untuk mendengar pemaparan dari mereka.

breakfast time

Sekitar 2 jam kemudian pemaparan tersebut selesai dan tibalah saatnya untuk praktek langsung di lapangan dengan miniatur ka'bah berikut bukit safa dan marwah. Kami dipersilahkan turun dan mulai untuk mempraktekan teori yang tadi di paparkan tim biro. Dengan penuh antusias semua dari kami berusaha untuk memakai ihram, dan membuka-buka buku panduan agar saat praktek sudah tahu urutan doa atau bacaannya.

Praktek lapangan berlangsung 1 jam, dan tibalah saatnya untuk sholat dhuhur. Kami melaksanakan shalat berjamaah di masjid dekat lapangan tersebut. Sesaat setelah sholat kami di himbau untuk masuk kembali ke gedung A, dan disana ternyata ada acara makan siang juga selain sesi tanya jawab seputar umroh. 

Waktu menunjukan pukul 15.00 acara pun dinyatakan selesai, dan kami membubarkan diri untuk kembali ke tempat masing-masing. Semua keluar dari ruangan dengan perasaan gembira karena tahap akhir untuk proses di Indonesia sudah selesai, tinggal menunggu waktu keberangkatan. Sayup-sayup terdengar dengungan beberapa jamaah yang dengan haru berharap agar semua baik-baik saja sampai tanggal keberangkatan, wajar saja karena saat itu sedang marak travel umroh yang bermasalah di tambah lagi kita di jadwalkan berangkat dengan pesawat Lion Air, sedangkan beberapa waktu kemudian ada berita pesawat tersebut mengalami kecelakaan.

Kamipun berjalan menuju pintu gerbang, dengan diiringi beberapa kali bunyi klakson mobil peserta lain. Ada sedikit rasa terenyuh disaat menunggu grab car yang kami pesan tiba, karena hampir semua yang datang membawa mobil pribadi, dan menyapa kami yang menunggu di bawah pohon di pinggir jalan. Dari situ saya berdoa untuk dimampukan membeli mobil agar lain kali kalau pergi manasik lagi sudah dengan mobil sendiri, terwujud atau tidaknya doa itu nanti akan saya ceritakan di bab selanjutnya,,, hehe

Baiklah, sepertinya hanya seperti itu yang bisa saya share tentang manasik. Karena sebetulnya itu teknis dan nanti juga akan di bimbing langsung oleh biro umroh, mereka juga akan memberi kesempatan bertanya jika kita masih bingung.

Dari kisah manasik ini saya makin yakin kalau biro yang saya pakai itu bertanggung jawab. Karena pelayanan mereka begitu maksimal saat melayani kami, dan terlihat mereka tulus membantu jika kita ada kesulitan dalam praktek manasik tersebut. Semoga saja mereka bisa mempertahankan prestasi tersebut, kita doakan bersama.

Wassalam...

narsis di depan replika ka'bah sebelum pulang dari manasik

 






Minggu, 05 Januari 2020

Pengalaman Umroh Pertama (Part 2: Vaksinasi)

Assalamua'alaikum...

Setelah mengulas tahap awal di postingan sebelumnya, sekarang kita lanjut ke tahap lainnya yaitu vaksinasi. Let's check it out:

1. Vaksinasi / Vaksin Meningitis 

Tidak sedikit jamaah umroh yang kurang paham tentang apa itu vaksin meningitis dan cara mendapatkan sertifikat tersebut. Dan ternyata setelah googling saya hanya mendapat sedikit sekali informasi tentang proses suntik vaksin ini. Oleh karena itu saya rasa perlu membagi pengalaman tentang suntik yang satu ini.

Sertifikat Vaksinasi adalah salah satu dokumen wajib yang harus di penuhi sebelum pelaksanaan ibadah umroh. Sertifikat ini berbentuk selembar kertas berwarna kuning yang berisikan catatan dari pihak medis bahwa yang bersangkutan sudah melaksanakan suntik vaksin meningitis.

contoh sertifikat vaksin

Suntik vaksin meningitis ini sendiri sangat penting sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus meningitis. Mengingat saat melakukan perjalanan jauh ini kita bisa saja berkurang daya tahan tubuhnya karena kelelahan. Sedangkan Arab Saudi sendiri adalah negara endemik meningitis, selain itu kita akan berkumpul dengan banyak orang dari seluruh belahan dunia dengan berbagai latar belakang kesehatan, sehingga kondisi tersebut menimbulkan kerawanan terhadap serangan suatu penyakit termasuk meningitis yang sangat berbahaya tersebut.

Lalu bagaimana cara dan dimana tempat mendapatkannya? 

Untuk suntik meningitis kita dapat mengunjungi Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang ada di kota tempat kita tinggal atau di Rumah Sakit (RS) yang menyediakan fasilitas tersebut. Berhubung saya tinggal di Jakarta maka saya hanya bisa share informasi alamat KKP dan RS di Jakarta sebagai berikut:
1. KKP Marunda: Jl. Raya Jayapura No. 1, Pelabuhan Marunda, Jakarta Utara. Tel: 021-44853773.
2. KKP Sunda Kelapa: Jl. Baruna Raya No. 1, Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Tel: 021-6917647.
3. KKP Soekarno Hatta: Pajang Benda Area Perkantoran Bandara Soekarno Hatta, RT.001/RW.010, Pajang, Benda, Tangerang. Tel: 021-5506068.
4. KKP Halim Perdana Kusuma: Jl. Jengki No.8, Kebon Pala, Makasar, Jakarta Timur. Tel: 021-22803836
5. RS Persahabatan: Jl. Persahabatan Raya No. 1, Rawamangun, Jakarta Timur. Tel: 021-4891708
6. RS Fatmawati: Jl. TB. Simatupang C No. 18, Cilandak, Jakarta Selatan. Tel: 021-7501524

Daftar persyaratan yang harus di siapkan yaitu:
1. Foto terbaru, background putih sebanyak 2 lembar
2. Copy paspor halaman foto
3. Uang tunai Rp. 305.000
4. Ballpoint dan penghapus ballpoint / tipe-x

Note: 
1. Suntik vaksin harus dilakukan paling lambat 2 minggu sebelum keberangkatan, jika di lakukan kurang dari 2 minggu di khawatirkan vaksin belum benar-benar aktif sehingga tidak berfungsi dengan baik. Namun demikian biasanya pihak KKP atau RS memberikan antibiotik untuk diminum selama pelaksanaan untuk membantu kinerja vaksin tersebut.
2. Lokasi vaksin, syarat dan biaya bisa berubah sewaktu-waktu.

Saat itu saya melakukan suntik meningitis di KKP Sunda Kelapa, karena ini yang paling dekat dari lokasi tempat tinggal. Alur proses suntik itu sendiri secara umum seperti dibawah ini:

a. Datang kelokasi pada jam kerja yang di tentukan, umumnya buka dari jam 09.00-15.00
Sekedar saran, hindari datang pada saat mendekati jam makan siang antara jam 12.00 - 13.00, karena akan terpotong mereka istirahat dan kita akan menunggu sampai mereka selesai. Disarankan untuk datang jam 09.00 atau jam 13.00 agar bisa memanfaatkan jam kerja secara lebih efektif.

b. Mendaftar dan mengambil nomor antrian. Pada waktu saya mendaftar tidak terlihat antrian, jadi hanya mendaftar dan langsung diminta masuk ke ruangan praktek dokter.

c. Membayar biaya vaksin. Disini yang agak lucu, saya sudah menyiapkan cash namun tidak ada kasir yang melayani. Mau bayar pakai debit card tidak ada petugas yang tahu caranya, padahal di meja kasir tergeletak banyak mesic EDC dan akhirnya saya diminta untuk membayar melalui bank BNI. Dan kebetulan lokasi bank BNI ada di ujung jalan dekat pintu masuk pelabuhan, akhirnya berpanas-panasan ria lah saya menuju ke bank tersebut dengan membawa secarik memo dari petugas kesehatan karena kami bertiga kesana menggunakan jasa grabcar. 

Kami tidak menduga bahwa KKP nya sudah berpindah tempat, tidak seperti pada beberapa ulasan yang saya baca, dimana pada ulasan tersebut terdapat informasi bahwa kalaupun tidak bisa bayar di kantor kesehatan bisa dibayarkan di BNI yang berdampingan. Atau pada ulasan lain ada KKP dengan Bank yang berkantor di lokasi KKP. Kemudahan lokasi pembayaran ini yang membuat kami memutuskan tidak membawa kendaraan sendiri dengan harapan kami tidak terpencar dan saling menunggu. Apa hendak di kata, kenyataan tidak sesuai harapan,,, wkwkwk

Sampai sana sudah hampir jam istirahat, untungnya ada teller yang berbaik hati melayani, sehingga proses pembayaran berjalan cepat. Sayapun bergegas ke KKP Sunda Kelapa lagi karena sudah hampir masuk jam istirahat.

d. Mengambil sertifikat. Setelah proses pembayaran selesai dan bukti bayar di serahkan ke petugas kita diminta menunggu sertifikat tersebut selesai di tulis. Tidak sampai 10 menit petugas yang melakukan suntik vaksin tadi keluar dari ruangan dengan membawa buku vaksin tersebut.

Secara umum proses hanya memerlukan waktu maksimal 30 menit. Hanya saja tergantung ada tidaknya antrian saat di kantor kesehatan atau di bank saat kita bayar. Dan ada baiknya menghubungi KKP atau RS yang anda gunakan sebelum menuju kesana. Walaupun untuk KKP sepertinya anda membutuhkan keberuntungan tingkat tinggi jika ingin berhasil berbicara via telepon dengan petugasnya.

Jadi sebetulnya proses suntik vaksin ini cukup mudah, hanya karena keterbatasan info saja yang membuat beberapa jamaah sempat kebingungan, termasuk yang nulis,,, hehe

Ok, kita lanjut lagi di post selanjutnya yaaa... sampai jumpaaa

Kamis, 02 Januari 2020

Pengalaman Umroh Pertama (Part 1: Tahap Awal))

Assalamu'alaikum...

Welcome Back :)

Setelah sekian lama absen nulis akhirnya kembali lagi kemari, mudah-mudahan kali ini lebih aktif menulis.

Tidak usah diperdebatkan gaya bahasa, penulisan, tema dan lain sebagainya. Ini hanya sebuah karya pribadi untuk kenangan masa tua, dijamin senyam senyum sendiri saat baca tulisan ini, dan semoga di berikan umur panjang agar bisa baca lagi tulisan ini 50 tahun lagiiii... (bersama anak cucu tentunya,,, aamiin)

Dah ah cukup dulu basa basi nya.

Kali ini saya coba membagi pengalaman melakukan perjalanan suci ke negeri Arab nun jauh di mata tapi dekat di hati. Umroh? iya, begitulah kita menyebut kunjungan tersebut. Sebuah perjalanan yang tentunya semua orang beriman merindukannya, dan berusaha melaksanakannya walau dengan perjuangan sampai titik darah penghabisan jika dia benar cinta terhadap Tuhan dan Rasulnya.


Beruntunglah sekarang kita sangat di mudahkan dengan teknologi, informasi dan sarana pra-sarana yang menunjang perjalanan tersebut. Hanya saja mungkin sebagian orang masih belum menyadari pentingnya atau perlunya melakukan hal ini, sehingga merasa umroh atau haji menjadi sesuatu yang sangat berat. Ada yang takut tidak bisa mengumpulkan uang untuk biaya, ada yang takut terjadi kecelakaan pesawat, bahkan ada yang takut tersesat di sana sampai tidak bisa pulang. Tentunya banyak hal lain yang menyebabkan banyak muslim yang sampai meninggal belum melaksanakan ibadah yang satu ini. Sesungguhnya kalau kita benar berniat tentu Allah SWT akan memberi kemudahan dengan berbagai macam jalan, yakin saja dengan pertolongan-Nya.

Kembali ke topik, untuk hal pertama yang akan saya sampaikan adalah tahap awal pelaksanaan, yaitu motivasi, informasi, pendaftaran, dll.

Motivasi, ini menurut saya sangat penting, karena dengan motivasi yang kuat maka akan mempermudah jalan atau langkah selanjutnya. Jujur, motivasi saat itu adalah ingin berbakti sama orang tua, terutama Ibu (karena ayah sudah beberapa tahun lalu kembali pada-Nya). Saya yakin Ibu akan sangat terkejut senang jika tiba-tiba anaknya yang biasa-biasa saja ini mengajak untuk umroh. Namun, justru si anak yang terkaget bukan kepalang karena si Ibu malah menolak untuk umroh. Ya sudahlah, mungkin belum waktunya beliau sampai sana, si anak tetap berdoa agar si ibu bisa melaksanakan umroh atau haji (usut punya usut beliau mau kesana kalau ada temen perempuannya alias mantu wadon,,, syarat yang sampai detik penulis launching ini tulisan masih belum bisa terpenuhi... xixixi)

Informasi, dengan di tolaknya penawaran umroh tidak menyurutkan niat untuk umroh, justru saya terpacu untuk menunjukan bahwa ajakan itu bukan omong kosong belaka. Dan sangat mengherankan tetiba ada seorang teman yang dulu pernah satu kantor menawarkan produk umroh dari tempat dimana saat itu dia bekerja. Dan lucunya saya tidak berpikir panjang, langsung saya ambil saja penawaran tersebut, dan saya ajak adik pertama dan kedua untuk ikut, alhamdulillah mereka mau. Sebeneranya masih ada 1 adik lagi tapi saya rasa umurnya masih kecil, dan saat itu dia masih suka mabuk perjalanan jadi rasanya belum siap mental untuk melakukan perjalanan jauh.

Pendaftaran, setelah mendapat petunjuk singkat, saya langsung mengisi formulir pendaftaran dengan penuh percaya diri. Padahal pada saat itu sangat marak pemberitaan tentang biro perjalanan umroh yang bermasalah dan gagal memberangkatkan jamaah. Disitulah saya yakin bahwa semua petunjuk dari Alloh, dari tahap awal ini semua sudah serba yakin dan di mudahkan. Saya mendaftar di biro perjalanan umroh Golden Firdaus, anda bisa melihat informasi yang cukup lengkap tentang biro ini di link https://www.goldenfirdaus.com/

Ini saya kasih penampakan formulir pendaftarannya ya

Setelah mengisi lengkap formulir pendaftaran berikut menyerahkan dokumen persyaratan yang lain tibalah saatnya melunasi biaya umroh, alhamdulillah ada rezekinya, terbayar lunaslah biaya umroh tersebut.



Note: saya tidak mengarahkan anda untuk ikut biro umroh tersebut, saya cantumkan link sebagai informasi tentang biro yang saya pakai. Saya rasa mereka cukup kompeten dalam melayani jamaah, terbukti ada jamaah yang beberapa tahun lalu ikut biro ini dan kembali menggunakan jasa Golden Firdaus untuk umroh selanjutnya. Silahkan anda pelajari sendiri dan bandingkan dengan biro umroh lain agar anda yakin dalam menentukan biro umroh yang akan anda gunakan.

Lain-lain: untuk hal-hal lain sebetulnya lebih ke persiapan, seperti perlengkapan pribadi, belajar tentang tata cara umroh, lebih rajin lagi dalam melaksanakan ibadah, mempersiapkan jasmani dan rohani. Dan mungkin yang bisa di jadikan masukan adalah pelajari dulu biro umroh yang akan di pakai karena ini berpengaruh pada pelaksanaan ibadah anda. Banyak yang tergiur dengan umroh murah, tapi akhirnya banyak kendala, tidak hanya gagal berangkat, tapi juga ada yang berangkat tapi sampai sana akomodasi dan transportasi belum siap.

Nah, sementara sampai di sini dulu ya biar penasaran,,, hehe,,, bersambung ke part berikutnya ya :)